Karena saya masih mati gaya, bingung mau ngelakuin apa. Akhirnya saya memutuskan untuk membiarkan jari-jari saya menari di atas keybord laptop DELL jadul satu-satunya yang saya miliki.
Kali ini, saya akan bercerita tentang kehidupan saya selama kurang lebih empat tahun di asrama tercinta ini.
Oh iya, sebelumnya saya pernah menulis bahwa saya datang ke Jogja pada tahun 2009. Dan sempat kuliah selama satu tahun di salah satu universitas swasta di Jl. Wates KM 10. Pada tahun 2010 sekitar bulan Agustus saya memilih untuk pindah ke salah satu Sekolah Tinggi. Kenapa saya memilih pindah? Karena tempat yang saya pilih ditahun 2010 ini memiliki sistem Pesantren dimana seluruh mahasiswa wajib untuk tinggal di asrama. Itu adalah alasan yang paling mendasar.
Saya benci untuk tinggal sendiri. Dimana saya tidak bisa mendengar suara ribut-ribut dari orang lain. Di dalam kamar sendiri dengan suara-suara laptop yang bernyanyi. Tidak punya banyak teman yang tinggal bersama.
Mungkin karena dulu ketika saya SMP orang tua saya memasukkan saya ke Pondok Pesantren dan membuat saya tinggal di asrama selama tiga tahun. Disana saya memiliki banyak teman yang tidak hanya sebaya dengan saya. Kegiatan asrama yang melibatkan nyaris seluruh penghuninya membuat saya merasa tidak sendiri. Berbeda ketika saya berada di rumah. Saya merasa kesepian. Tinggal seorang diri. Dengan orang tua yang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Itulah mengapa saya lebih nyaman tinggal di asrama.
Karena di asrama saya tidak harus makan sendirian. Tidak memendam masalah sendiri, tidak tertawa sendiri, tidak menangis sendiri. Selalu ada orang yang bisa diajak bicara. Berbagi makanan dan berbagi pendapat. Baik siang maupun malam. Jika ada tugas atau PR bisa dikerjakan bersama-sama. Jika ada sesuatu yang tidak mengerti bisa berguru ke orang-orang yang mengerti. Bisa meminta mereka untuk menjelaskan.
Saya akui bahwa kehidupan asrama tidak selamanya pelangi. Ada masanya saat kita ingin sendiri. Merasa terganggu dengan keramaian yang ada di asrama. Tetapi, untungnya saya tidak pernah mengalami hal tersebut. Jika saya memang ingin sendiri saya akan melarikan diri ke pantai. Memandangi ombak dengan mata sayu. Hanya butuh beberapa menit saja. Setelah itu saat kembali ke asrama melihat teman-teman tertawa dan bercanda bersama membuyarkan rasa sepi yang sempat datang itu. Bahkan tak jarang mereka datang kepada kita untuk memberikan kekuatan. Setidaknya bisa menjadi sandaran saat kita membutuhkan sandaran.
Tidak dipungkiri bahwa seseorang memiliki kecendrungan untuk dekat kepada orang lain. Tidak sedikit dari mereka yang merasa cocok satu sama lain lalu membuat kelompok sendiri. Di asrama tempat saya tinggal ada beberapa orang yang seperti itu.
Sering kali saya menyebutnya bahwa 'ada sekat diantara kita'. Terlebih sejak awal sudah ada kelompok yang A dan kelompok yang tidak A. Sehingga sekat alias dinding pembatas itu semakin nyata nampaknya.
Saya tidak begitu perduli. Karena saya memiliki beberapa orang yang sangat bisa diandalkan. Mereka yang rela membagi waktu bersama saya. Mencoretkan berbagai warna dalam perjalanan hidup saya. Saya akan menceritakan tentang mereka satu persatu lain kali. Karena jumlah mereka yang terbilang cukup banyak. Yang jelas mereka adalah orang-orang yang tidak ingin saya lupakan.
Dari semua yang ada setidaknya saya merasa bahwa tempat ini akan menjadi tempat yang paling saya rindukan kelak. Tidak hanya pada mereka yang membuat hidup saya berwarna. Tetapi juga pada mereka yang terkadang memancing emosi.
Tempat ini bukanlah tempat yang mewah dengan segala fasilitas yang terpenuhi. Saya masih ingat di tahun pertama saya tinggal di tempat ini air adalah sesuatu yang langka. Untuk sekedar berwudhu pun kami harus mencari kesana-kemari. Menumpang pada warga dengan lampu yang kadang mati.
Seiring berjalannya waktu keadaan semakin membaik. Meskipun kadang air masih enggan membasahi lantai kamar mandi. Tapi, setidaknya ia tidak sering mati seperti ditahun 2010. Ditambah dengan kamar yang tidak begitu luas. Ada 4 sampai 5 orang anak yang harus berbagi. Dengan kasur yang berada di lantai. Tersusun. Melewati malam bersama.
Kenangan ini tidak akan dengan mudah hilang. Meskipun waktu terus berjalan dan berusaha untuk menghapusnya. Semua ini akan saya rindukan kelak. Entah itu kapan.
A Short Description about youself
Any feedback, questions or ideas are always welcome. In case you are posting Code ,then first escape it using Postify and then paste it in the comments
0 komentar: